Spiga

UN?

Yang aku lihat sekarang ini, kakak - kakak kelas yang sedang menjalani UN kelihatannya banyak yang ambil pusing, stress dan bahkan yang biasa - biasa aza.
Faktor apa yang menjadikan UN sebagai proses "Hidup-Mati" yang menakutkan bagi seorang siswa?
Menurut aku sech banyak faktor, tapi yang aku yakini saat ini adalah bagi mereka yang sudah banyak persiapan baik fisik maupun mental, UN itu biasa za. Tapi, gimana buat yang sudah peersiapan tapi kurang? Atau bahkan yang belum persiapan sama sekali? Inilah permasalahan yang membuat kita sebagai siswa kalang kabut. Pertama, entah kurang belajar banyak main. Kedua, banyak belajar sedikit main.
Kedua - duanya ada bagus dan jeleknya sendiri.
Yang pertama, sudah jelas bahwa kita sebagai tunas bangsa yang dalam masa peralihan menuju kedewasaan alias mau kerja atau kuliah, janganlah banyak main. Boleh, tapi ingat waktu kapan main kapan waktunya untuk belajar. Pengalaman yang aku lihat di lapangan banyak kakak - kakak kelasku (khususnya sekolah lain, alhamdulillah bukan sekolah aku) yang masih keliling kota bersama pacarnya dengan motor, ada yang jalan - jalan di mall, atau bahkan cuma keliling tanpa tujuan. Gila kan? Kalau udah gak lulus baru nyaho! Tapi, aku kembalikan kepada individu masing - masing aza, toh kita hanya bisa menonton, dinasihati malah ngamuk.
Yang kedua malah lebih parah! Banyak kakak kelas kita yang terlalu ambil pusing, stress bahkan sampai - sampai terbawa mimpi. Mereka terlalu fokus akan mata pelajaran yang akan dihadapi. Jangankan main, liat ke luar rumah juga gak mau. "Takut gak lulus," di benak kakak kita sembari was - was. Karena hal inilah kakak kita banyak yang pusing pas lagi UN atau ada yang pingsan saking tegang plus seriusnya mengerjakan soal. Serius memang perlu, tapi jangan kebangetan dunk! Malah bikin masalah baru: Capek Tenaga dan Capek pikiran. Mana ngerjain soal 2 jam, ditambah pengawas yang sinis, terakhir polisi yang bersiap berjaga di luar kelas kalau ada apa - apa.
Kedua faktor inilah yang menurutku menjadikan para siswa yang menjalani UN kebakaran bulu kaki (bukan jenggot, kan belum banyak). Hendaknya kita sebagai siswa bisa memanage waktu, dan bagi pemerintah jangan hanya karena mengejar kualitas standar! Malaysia diikutin, loe aza kalee, gw nggak!
Gimana?